MANOKWARI,Pabarsatu.com – Majelis Ulama Indonesia Papua Barat (MUI Pabar) menggelar Kajian Sejarah Islam dan Manuskrip Kuno di Papua Barat.
Kegiatan yang digagas oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pabar ini menghadirkan Direktur Pusat Kajian Manuskrip Islam dan Filologi (Centre for the Study of the Islamic Manuscripts and Philology) Ambon, Maluku Dr. R.A. Muhammad Jumaan sebagai narasumber tunggal.
Dalam kegiatan yang diikuti sejumlah tokoh ormas islam ini, khusus membahas Kajian Sejarah Islam Pabar dan Manuskrip Kuno dan berlangsung di sekretariat MUI setempat sekira pukul 10 hingga15.00 WIT.
Turut hadir dalam acara tersebut para akademisi dari perguruan tinggi, organisasi kepemudaan muslim, mahasiswa para dan penyuluh agama islam.
Ketua Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pabar Ust. Dudi Ramdani, S.Pd.I. menuturkan, program ini merupakan kelanjutan dari penelitian dan pengkajian sejarah Islam di Pabar.
Dimana pada tahun 2017 Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Pabar berkeliling di 10 Kab/Kota untuk mendapatkan data sejarah islam.
“Alhamdulillah sudah dilaunching buku “Moderasi Islam di Papua Barat” Pada Rakernas MUI di Raja Ampat 2018 silam,” ucap Dudi dalam sambutannya.
Dr. R.A. Muhammad Jumaan sebagai Pakar Sejarah Islam Mauluku, Papua dan Pabar yang sekaligus Pembina Nasional Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia (FORMASAAI) tersebut menyampaikan, bahwa kedatangan Islam ke Tanah Papua masih terjadi perbedaan pendapat di kalangan para peneliti.
Ini dikarenakan bukti-bukti terkait dengan masih belum dikaji secara serius. Namun, dari jejak-jejak tertulis dan arkeologis, tinggalan jejak itu dapat dibuktikan. Tinggal waktu kedatangannya saja yang perlu ditetapkan.
Oleh sebab itu, mantan Pengajar Bahasa Ibrani di Kampus IIUG punjab, India tersebut juga menyatakan, bahwa keberadaan manuskrip kuno Islam dan cagar budaya lainnya perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak terutama Pemerintah.
“Balai Arkeologi (Balar), Kantor Bahasa, Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) serta pihak Kampus harus menggalakkan semangat penelitian dan pelestarian terhadap artefak benda dan tak benda tersebut. Keberadaan Museum juga diperlukan,” kata dia.
Dia menyebutkan, di Tanah Papua ditemukan sedikitnya 77 naskah manuskrip tulisan tangan yang tersebar di Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Fakfak dan Kaimana.
Manuskrip itu ditulis di atas medium kulit kayu, kertas, kobo-kobo, pok-pok (lontar), kertas Eropa dan piring. Manuskrip Islam itu terdiri dari/berupa aneka mushaf Kitab Suci Al-Qur’an, Khotbah Idul Fitri, Khutbah Idul Adha, Shalawat Nabi, Doa-doa, Fikih, Tauhid, Tasauf dan lain-lain.
“Bila dilihat dari bahannya, naskah-naskah itu kemungkinan berusia antara 806 tahun (1214), 701 tahun (1319), 398 tahun (1622) hingga 68 tahun (1373 H/1952),” jelasnya.
“Manuskrip yang ada sekarang relatif tidak bisa dijadikan sebagai patokan yang meyakinkan sebagai titimangsa masuk-nya Islam ke Papua. Sebab, boleh jadi manuskrip itu pernah mengalami penyalinan ulang,” terang Jumaan.

Dalam acara yang diawali dengan Tilawat Ayat-ayat Suci Al-Qur’an oleh Sdr. Wardi Nabi dari Kamundan, Teluk Bintuni kemudian dilanjutkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya tersebut juga turut ditampilkan Al-Qur’an Raksasa berukuran 200 x 150 cm tebal 12 CM dan dengan berat kurang lebih 200 Kg.
Dimana sebagai pembanding dan sample manuskrip, serta gambar-gambar manuskrip kuno yang ada di Pabar yang menarik antusia para peserta untuk ikut dalam kegiatan ini.
Dengan diselenggarakannya Kajian Sejarah Islam di Pabar dan Manuskrip Kuno ini diharapkan bisa menambah wawasan Islam di Tanah Papua dan agar para peserta dapat memiliki rasa memelihara serta melestarikan benda-benda cagar budaya tersebut.
Selanjutnya, juga diharapkan dapat mengembangkan sikap toleran terhadap substansi materi yang terkandung di dalamnya. Terutama, isi dari manuskrip kuno itu dapat dihidupkan kembali melalui semacam festival atau perayaan. [rls]